Sebagai pengantar mungkin yang ingin saya katakan bahwa artikel ini
dibuat beberapa hari setelah hari Natal. Seperti yang kita ketahui bahwa Natal itu identik dengan nuansa yang
bisa dikatakan tenang, damai, penuh sukacita, banyak pohon yang dihiasi dengan
hiasaan dan orang Manado biasa menyebutnya pohon terang.
Entah dari mana mereka mengatakan bahwa pohon yang dihiasi itu disebut dengan pohon terang, namun menurut saya mungkin dikarenakan pohon itu dihiasi dengan lampu-lampu berwarna yang berkelap-kelip, dan ditambah juga dengan hiasan berwarna yang dibuat dengan bahan plastik dan kebanyakan jika terkena sedikit cahaya akan ada pantulan-pantulan kecil, sebut saja seperti bola yang ditambahkan gliter. Tak hanya itu juga, banyak acara-acara yang dilakukan contohnya Pra-Natal Kolom, Pria/Kaum Bapa, Wanita/Kaum Ibu, Pemuda, Remaja, Anak Sekolah Minggu, dan masih banyak sekali lembaga ataupun perkumpulan serta komunitas yang menyelenggarakan Pra-Natal. Disamping Pra-Natal, ada juga ibadah Malam Natal.
Entah dari mana mereka mengatakan bahwa pohon yang dihiasi itu disebut dengan pohon terang, namun menurut saya mungkin dikarenakan pohon itu dihiasi dengan lampu-lampu berwarna yang berkelap-kelip, dan ditambah juga dengan hiasan berwarna yang dibuat dengan bahan plastik dan kebanyakan jika terkena sedikit cahaya akan ada pantulan-pantulan kecil, sebut saja seperti bola yang ditambahkan gliter. Tak hanya itu juga, banyak acara-acara yang dilakukan contohnya Pra-Natal Kolom, Pria/Kaum Bapa, Wanita/Kaum Ibu, Pemuda, Remaja, Anak Sekolah Minggu, dan masih banyak sekali lembaga ataupun perkumpulan serta komunitas yang menyelenggarakan Pra-Natal. Disamping Pra-Natal, ada juga ibadah Malam Natal.
Coba
kita bayangkan jika masih ada Pra-Natal yang dilaksanakan pada tanggal 23
Desember, dan tanggal 23 itu adalah hari senin, mari kita lihat agenda yang
terjadi saat itu.
Sudah
bisa bayangkan apa yang terjadi saat itu? Minggu sampai kamis ibadah terus.
Dari hal itu apakah sudah menjamin bahwa ada hikmah Natal yang kita rasakan?
Mungkin saya bisa berkata bahwa itu tidak, pastinya ketika melihat kondisi
seperti itu sudah ada bisikan si jahat “hey kamu, sudahlah coba lihat ini
ibadah atau rangkaian gerbong kereta api?” tapi saya berharap kita semua tidak
seperti itu.
Sekedar
pemanis saja, baiklah kita kembali pada maksud dan tujuan saya dalam artikel
ini. Dari sekian banyak hal yang telah kita lalui pada saat ini, apakah dengan
sungguh menghayati Natal itu? Dengan begitu banyak tawaran dunia yang ada saat
ini terutama saat Natal apakah kita mampu bertahan ataukah kita sudah lebih
dulu dipakai oleh yang jahat namun kita tidak menyadarinya?
Mungkin
fokus kita hanya tertuju pada pemikiran seperti anak-anak jika ditanyakan
“apakah natal itu?” dan menjawabnya “berkumpul bersama keluarga”, “hari
memperingati kelahiran Yesus Kristus di dunia”, bahkan “baju baru, sepatu baru,
dan lainnya serba baru”. Teman-teman Natal bukanlah seperti itu, mungkin ada
benarnya juga mengenai hal itu tapi pada saat ini saya mencoba mengajak anda
untuk memiliki pandangan kedepan. Jika kita mengaitkan Natal dengan semua yang
serba baru atau singkat saja dengan sebutan hadiah. Maka damai Natal yang semestinya
kita rasakan tentunya tidak akan terasa. Saya teringat mengenai tulisan yang
saya baca di media sosial katanya begini,
“NATAL BUKANLAH SOAL SANTA IS COMING
TO TOWN, TAPI SOAL PERINGATAN JESUS IS COMING SOON”.
Apa
maksudnya saudaraku? Yesus sudah lahir di dunia, Ia datang ke dunia dan rela
mengorbankan diri-Nya untuk menebus dosa kita manusia. Mampukah kita
mempersiapkan diri kita? Mampukah kita mengikuti Yesus, mengiring Dia dalam
hidup kita? Teman-teman apa yang bisa kita balas kepada Ia? Sadarkah kita atas
semua yang kita lakukan? Sudahlah melihat apa yang telah kita lakukan dahulu,
mari kita lihat satu bulan Desember ini saja. Dari awal memasuki bulan Desember
hingga pada hari ini ketika anda membaca tulisan saya ini.
Natal
yang seharusnya menjadi ucapan syukur kita serta penghayatan kita atas kebaikan
Tuhan berubah menjadi suatu yang mohon maaf bisa dikatakan tidak bermakna sama
sekali, makanan ataupun kue penuh dengan kelimpahan di hampir setiap rumah
ketika Natal. Apalagi minuman, kalaupun minuman mungkin hanya pelengkap dan
penghentarnya, Coca-cola, Fanta, dan Sprite mungkin sudah menjadi hal yang
biasa, bagaimana dengan bir? Saudaraku apa pendapat anda mengenai Natal dengan
bir? Mungkin dalam pikiran anda akan berkata begini pada saya“Ya itu menjadi
suatu yang tergantung kita sendiri” atau “Apa urusan anda untuk mengungkit hal
tersebut, siapa anda? Urus saja diri anda sendiri, mungkin anda juga terbuai
dengan hal tersebut”. Mohon maaf saudara saya menyinggung hal ini karena sudah
memang kenyataan di lapangan seperti itu.
Saya
berharap ketika anda sampai pada paragraf ini anda bisa menangkap maksud saya.
Ketika Allah telah memberikan kita hadiah yang sangat indah, apa yang bisa kita
balas hanya hati kita yang tertuju pada-Nya. Bagaimana caranya sedangkan kita
saja masih seringkali hidup dengan dosa. Saudaraku, dalam kesempatan kali ini
saya ingin sekali berbagi mengenai apa yang saya dapatkan dan saya ingin sekali
agar kita dapat bertumbuh bersama dalam Tuhan.
Efe.
6:14-18
Jadi
berdirilah tegap, berikatpinggangkan kebenaran dan berbajuzirahkan keadilan,
kakimu berkasutkan kerelaan untuk memberitakan Injil damai sejahtera; dalam
segala keadaan pergunakanlah perisai iman, sebab dengan perisai itu kamu akan
dapat memadamkan semua panah api dari si jahat, dan terimalah ketopong
keselamatan dan pedang Roh, yaitu firman Allah, dalam segala doa dan
permohonan. Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam
doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang Kudus, (TB)
Semuanya
itu tidak dipakai secara langsung saudaraku, lantas bagaimanakah kita
mendapatkannya? Dibutuhkan komitmen yang teguh yang memang benar-benar lahir
dalam pribadi kita, lalu sadarlah akan kehadiran Yesus dalam perjalanan hidup
kita. Dengan mata dan pandangan yang tertuju pada Allah tentunya secara
otomatis kita akan dapat melawan godaan-godaan tersebut. Ingat! Jangan pikirkan
untuk melawan dosa, contohnya “oh saya hari ini tidak akan bersungut-sungut”
janganlah seperti itu. Jika kita memikirkan dosa tersebut maka kita otomatis
berjalan ke arah tersebut, tapi kembali ke awal
pandanganmu harus tertuju pada Allah dan otomatis kamu melangkah
mendekat pada Allah.
Kol.
3:2
Pikirkanlah
perkara yang di atas, bukan yang di bumi. (TB)
Saya
harap Natal selanjutnya kita dapat merasakan damai-Nya, tidak bukan hanya Natal
saja namun mulai saat ini setelah anda membaca tulisan saya ada komitmen baru
yang bisa anda dan saya ambil. Mari saudara kita jadikan Natal bukan hanya
setiap memasuki bulan Desember atau setiap tanggal 25 Desember, melainkan
setiap hari kita jadikan Natal. Kita sambut Sang Raja yang telah lahir bagi
kita.
Mungkin
sampai di sini tulisan saya, saya yakin dan percaya bahwa tulisan bisa terhenti
sampai saat ini namun semangat untuk saling membangun diantara kita tidak akan
pernah terhenti. Kiranya iman kita tidak bertumbuh dan tergantung dengan adanya
suatu penggerak seperti tulisan-tulisan rohani, ataupun dengan suatu bentuk
kegiatan rohani, melainkan setiap hari bertumbuh step by step. Komitmen berubah
dalam pertobatan itu bukan suatu yang instan, bahkan yang insant saja
membutuhkan proses. Terima kasih karena anda mau meluangkan waktu membaca
tulisan ini. Tuhan Yesus Memberkati.
Luis
F A I Tindi
STIE
Eben Haezar Manado