Mengambil Keputusan: Rasionalitas
Dapat diasumsikan bahwa manajer akan menggunakan
pengambilan keputusan rasional, bahwa mereka akan membuat pilihan yang logis
dan konsisten untuk memaksimalkan nilai.
Asumsi Rasionalitas - Pengambilan keputusan rasional, jenis pengambilan keputusan di mana pilihan bersifat logis dan konsisten serta memaksimalkan nilai.
Pengambil keputusan rasional akan sangat
objektif dan logis. Masalah yang dihadapi akan menjadi jernih dan tidak mendua,
serta pembuat kepututsan akan mempunyai tujuan yang jelas dan spesifik serta
mengetahui semua alternatif yang mungkin dan beserta konsekuensinya.
Pengambilan keputusan yang rasional akan secara konsisten menghasilkan
pemilihan alternatif yang memaksimalkan kemungkinan tercapainya tujuan
tersebut. Asumsi ni berlaku pada semua keputusan (personal/manajerial).
Pengambilan Keputusan: Rasionalitas Terikat
Pengambilan keputusan yang rasional tentapi
terbatas (terikat) oleh kemampuan individu untuk memproses informasi. Manajer diharapkan rasional ketika mengambil
keputusan. Pendekatan yang lebih realistis untuk menjelaskan bagaimana manajer
mengambil keputusan adalah konsep yang
rasional terikat, yang menyatakan bahwa manajer mengambil keputusan yang
rasional, tetapi terbatas (terikat) oleh kemampuannya memproses informasi.
Karena tidak mungkin menganalisis semua
informasi tentag alternatif, manajer lebih tepat dikatakan memuaskan dan bukan memaksimalkan. Artinya mereka menerima solusi
yang “cukup baik”.
Sebagian besar keputusan yang diambil manajer
tidak memenui asumsi rasionalitas smepurna sehingga mengambil keputusan yang
memuaskan. Namun, ingatlah bahwa pengambilan keputusan oleh manajer juga
mungkin dipengaruhi oleh budaya organisasi, politik internal, pertimbangan daya,
dan fenomena yang disebut eskalasi
komitmen.
Ekalasi komitmen adalah peningkatan komitmen
terhadapa keputusan sebelummnya walaupun ada bukti bahwa hal tersebut kan
menjadi keptuasn yang buruk.
Pengambilan Keputusan: Peranan Intuisi
Merupakan pengambilan keputusan berdasarkan pada
pengalaman, perasaan, dan akumulasi pertimbangan. Suatu survei menemukan bahwa hampir setengah
dari eksekutif yang disurvei “lebih sering menggunakan intuisi ketimbang
analisis formal untuk menjalankan perusahaannya”.
Intuisi adalah istilah untuk kemampuan memahami sesuatu
tanpa melalui penalaran rasional dan intelektualitas. Sepertinya pemahaman itu tiba-tiba saja datangnya dari dunia lain dan
di luar kesadaran. (wikipedia).
Mengambil Keputusan: Peran Manajer Berdasarkan Bukti
Tentunya
kita ingin mendasarkan keputusan kita pada bukti terbaik yang tersedia. “Setiap
proses pengambilan keputusan kemungkinan akan diperkuat melalui
penggunaan-bukti-bukti yang relevan dan dapat diandalkan”. Itulah premis yang mendasari manajemen berdasarkan bukti (EBMgt).
EBMgt (Evidence-based management) adalah
penggunaan sistematis dari bukti terbaik yang tersedia untuk meningkatkan
praktik-praktik manajemen.
Manajemen
berdasarkan bukti cukup relevan terhadap pengambilan keputusan manajerial,
Empat unsur EBMgt meliputi:
- Keahlian dan penilaian pengambil keputusan.
- Bukti eksternal yang telah dinilai oleh pengambil keputusan.
- Opini, preferensi, dan nilai dari pihak-pihak yang memiliki kepentingan dalam sebuah keputusan.
- Faktor-faktor organisasional (internal) yang relevan, seperti konteks, situasi, dan anggota organisasi.
Kunci
bagi para manajer adalah untuk mengenali dan memahami pilihan yang penuh
pertimbangan dan dilakukan secara sadar seperti dalam hal untusur mana yang
paling penting dan harus ditekan kan dalam mengambil keputusan.
Referensi:
Stephen
P. Robbins, Mary Coulter, MANAJEMEN Jilid
I:E13, 2016